Jumat, 30 Januari 2015

Heroisme Wanita Kurdi dan Kegentaran ISIS


 
Tak seperti kaum perempuan lainnya, kaum perempuan Kurdi Suriah di kota Ain al-Arab atau yang disebut oleh penduduk Kurdi dengan nama “Kobane” tak kalah hebatnya dengan kaum pria dalam berjuang membela bangsa dan kampung halamannya. Banyak di antara mereka yang sejak usia remaja sudah sangat akrab dengan senapan laras panjang.

Sedemikian besar peran mereka dalam perjuangan melawan musuh sehingga satuan milisi pertahanan Kurdi Suriah yang terdiri 7,000 personil perempuan ternyata justru menjadi kekuatan utama yang selama ini telah menahan atau menghambat gerak maju gerombolan teroris takfiri Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS) ke kota di bagian utara Suriah dan berada tepat di sisi perbatasan Turki tersebut.

Situs pemberitaan Shafaq News dalam sebuah laporannya mengisahkan besarnya peranan kaum Hawa bersenjata itu dalam perjuangan mempertahankan kota Kobane. Menurut situs berbahasa Arab ini, pasukan teroris ISIS bahkan gamang dan takut mati di tangan para petempur perempuan Kurdi yang jumlahnya sangat besar itu. Apalagi, lanjut Shafaq News, para ekstrimis takfiri beraliran faham Salafi/Wahabi itu meyakini tidak akan bisa masuk surga jika sampai terbunuh oleh perempuan.

“Bukan tidak mungkin pejuang perempuan inilah yang menjadi salah satu faktor utama ketertahanan para takfiri ISIS dalam upayanya untuk masuk ke dalam kota Kobane. Sebab, para petempur ISIS takut mati dalam berhadapan dengan mereka yang sudah berpengalaman berperang melawan ISIS di kota Aleppo. Karena itu sejauh ini ISIS tertahan dalam posisi mengepung kota,” ujar seorang pejuang Kurdi di Kobane.

Berlatih Seperti Kaum Pria

Di Suriah terdapat satuan pertahanan perempuan yang menampung 7,000 ribu personil perempuan muda. Mereka di tempatkan di berbagai kawasan berpenduduk Kurdi dengan tugas melindungi warga Kurdi di depan serangan teroris takfiri ISIS dan cabang al-Qaeda di Suriah yang bernama Front al-Nusra.

Satuan pertahanan itu menjalin hubungan kuat dengan Partai Pekerja Kurdi Turki (PKK) dan berada di satu front dengan pasukan Kurdi Irak, Peshmarga, melawan gerombolan bersenjata ISIS.

Kaum Hawa berlatih militer sama persis dengan kaum Adam. Pukul 04.00 mereka harus bangun di sebuah pangkalan tempat pelatihan di dekat kota Derek, Suriah. Usai mengikuti kegiatan olah raga dan berlatih perang mereka masih harus masuk ke kelas untuk mengikuti pelajaran teori militer. Mereka mengikuti latihan perang dengan senjata-senjata sungguhan. Mereka juga mengikuti pelajaran ideologi partai dari PKK.

Senjata dan Budaya Pengorbanan

Senjata utama petempur perempuan Kurdi adalah senapan laras panjang AK47 Klashinikov buatan Rusia. Mereka juga akrab dengan granat, ranjau, bom rakitan dan granat berpeluncur roket, RPG. Mereka banyak berlatih menjalankan operasi-operasi khusus serta penggunaan senapan otomatis dan senapan mesin ukuran sedang hingga berat.

Para petempur itu kebanyakan masih gadis, dan mereka bertekad untuk mengutamakan pembelaan penduduk Kurdi atas segala kepentingan lain. Kata kunci dalam slogan mereka adalah “hafar”, sebuah kosakata bahasa Kurdi yang berarti “ketulusan”.

Usia mereka berkisar antara 18 hingga 24 tahun. Namun demikian, di tengah mereka ada pula anak-anak gadis yang masih berusia 13 tahun. Ajaibnya, anak-anak di bawah umur itu bukan direkrut atau mendapat semacam tekanan, melainkan anak-anak yang kabur dari rumah mereka agar bisa ikut bergabung ke dalam milisi Kurdi. Alasannya pun juga dahsyat; “demi membela rakyat Kurdi”.

Mereka tampaknya juga digembleng dengan semangat kepedulian dan pengorbanan tingkat tinggi. Mereka sangat mengutamakan berbuat baik dan santun kepada orang lain. Karena itu, tak jarang mereka berbagi jatah makanan roti dan lauk mereka yang sederhana dengan penduduk sekitarnya yang sengsara akibat dikepung teroris ISIS.

1 Perempuan Kurdi Setara 10 Pria ISIS

Di saat pasukan ISIS takut mati di tangan wanita bersenjata Kurdi karena para teroris yang merasa sebagai mujahidin calon penghuni surga itu meyakini tidak akan masuk surga jika terbunuh di tangan perempuan, para Srikandi Kurdi itu justru sama sekali tidak tersentuh rasa gentar menyongsong maut.

“Kami sambut kematian dengan dada terbuka,” slogan mereka.

Sepanjang Agustus lalu, tak kurang dari 24 petempur perempuan Kurdi gugur dalam pertempuran melawan ISIS dan Front al-Nusra di Suriah.

Dalam pertempuran di kota Kobane dilaporkan bahwa puluhan korban jiwa dan luka juga jatuh di pihak prajurit wanita Kurdi dalam perang kota melawan ISIS yang masuk ke bagian pinggiran kota. Berbagai laporan juga menyebutkan bahwa mereka pantang menyerah kepada ISIS sehingga mereka akan terus bertempur hingga nafas terakhir. Mereka memilih mati dalam keadaan terhormat daripada harus menjadi tawanan ISIS yang dikenal kejam dan memperlakukan tawanan perempuan sebagai pemuas birahi.

Foto Ceylan Ozalp, gadis petempur Kurdi yang memilih menghabisi nyawanya sendiri saat terkepung oleh pasukan teroris ISIS.

Laporan itu terbukti dengan terjadinya sebuah peristiwa dramatis di mana seorang gadis petempur Kurdi bernama Ceylan Ozalp, 19 tahun, memilih menghabisi nyawanya sendiri ketika akan ditawan oleh pasukan ISIS.

Sebelum kejadian tragis tersebut, gadis cantik itu sempat mengatakan di depan kamera seorang wartawan, “Mereka (ISIS) gemetar ketakutan ketika melihat ada perempuan bersenjata, padahal mereka merasa sebagai pemberani. Kemampuan satu perempuan kami setara dengan 10 pria mereka.”

Tidak ada komentar:

Posting Komentar