lambang Hizbullah |
Sejak
meletusnya perang di Lebanon, suasana perang amat terasa di Iran,
terutama jika kita banyak menonton televisi. Betapa tidak, tiap sebentar
diputar filler (film pendek) berisi adegan-adegan perang,
dilatarbelakangi lagu-lagu heroik berbahasa Arab. Pidato Sayid Hasan
Nasrallah, pemimpin Hezbollah Lebanon, yang berisi ancaman-ancaman
terhadap Israel disiarkan live atau siaran tunda. Laporan-laporan
reporter televisi Iran disampaikan secara live dari Lebanon, bahkan ada
reporter yang melaporkan kondisi terakhir dengan diiringi suara bom
beruntutan dan asap hitam di belakang punggungnya. Setiap hari, berita
channel satu pukul sembilan malam akan dimulai dengan kalimat,
“Perjuangan hari kesekian (ketiga.. ke sembilan..ke duapuluh)…” lalu
mengabarkan kondisi terbaru di medan perang.
Pemerintah Mesir, Arab Saudi, dan Jordan menyebut Hezbollah sebagai
pengacau dan pencari gara-gara. Rezim Israel, AS, Inggris, dan Kanada
menyebutnya sebagai teroris. AS sejak dulu sudah menaruh Hezbollah dalam
daftar organisasi-organisasi teroris dunia, setara dengan Al Qaida.
Tapi, melihat Hezbollah dari Iran, kita akan menemukan wajah yang
berbeda. Foto-foto Sayyid Hasan Nasrullah dipajang di berbagai sudut
jalan. Di televisi ditampilkan rekaman demonstrasi-demonstrasi yang
berlangsung di berbagai penjuru dunia dengan membawa-bawa bendera
Hezbollah dan foto Hasan Nasrallah. Demonstrasi mendukung Hezbollah
tidak hanya terjadi di Iran dan negeri-negeri Arab, melainkan juga di
Amerika, Australia, Belgia, Perancis, Argentina, Turki, dan lain-lain.
Hezbollah kini seolah menjadi icon baru perlawanan terhadap kekejaman
Israel. Ketika dunia Islam hanya mampu memberi reaksi seputar resolusi
atau demonstrasi, Hezbollah maju dengan senjata.
Sayid Hasan Nasrullah, pemimpin Hizbullah |
Siapa Hezbollah sesungguhnya? Organisasi militer ini dibentuk pada
tahun 1982, diarsiteki beberapa orang asal Iran, antara lain Doktor
Chamran, ahli fisika nuklir Iran keluaran Harvard University. Tujuan
pendirian Hezbollah adalah dalam rangka membebaskan kawasan Lebanon
selatan yang dicaplok oleh Israel pada tahun 1978. Organisasi ini punya
cara kerja yang unik. Di satu sisi memperkuat kemampuan militer, di sisi
lain, mereka juga berjuang dalam bidang sosial. Mereka membangun rumah
sakit, sekolah, fasilitas umum, dan menanggung kehidupan anak-istri dari
pejuang yang tewas dalam perang.
Pada tahun 2000, akhirnya Hezbollah berhasil mengusir keluar tentara
Israel dari wilayah Lebanon selatan, meski hanya dengan bekal senjata
minim dan tanpa dukungan dari pemerintah Lebanon sendiri. Kemenangan
besar ini membuat kharisma Hezbollah semakin mencuat di Timur Tengah,
terutama di tengah bangsa Lebanon sendiri. Apalagi, sikap para pemimpin
Hezbollah yang tidak ambisius mengejar karir politik, membuat para
politikus elit di Lebanon sama sekali tidak merasa terancam oleh
keberadaan organisasi militer independen ini.
Bahkan, ketika AS dan sekutu-sekutunya menekan pemerintah Lebanon
agar melucuti senjata Hezbollah, Presiden Lebanon, Emil Lahoud berkata,
“Bagi bangsa kami, Hezbollah adalah gerakan perjuangan pertahanan
nasional dan tanpa mereka, kami tidak akan berhasil membebaskan wilayah
kami. Karena itu, kami sangat menghargai gerakan Hezbollah.” Besarnya
dukungan rakyat Lebanon terhadap Hezbollah tampak jelas ketika pada 8
Maret 2005 hampir dua juta massa menyambut seruan Sayid Hasan Nasrullah.
Pada hari itu, alun-alun Riyadh al-Shulh, Beirut, menjadi panggung
demonstrasi akbar anti Amerika dan Zionis, serta dukungan kepada
Hezbollah.
Meski tentara Zionis sudah terusir dari seluruh wilayah Lebanon
–kecuali kawasan Shab’a– pada tahun 2000, Hasan Nasrullah berjanji bahwa
ia akan mengembalikan semua pejuangnya yang ditawan Israel ke pangkuan
keluarga mereka masing-masing. Pada tahun 2004, pemimpin Hezbollah itu
berhasil memenuhi sebagian janjinya dengan cara pertukaran tawanan, 400
tahanan Palestina dan 59 pejuang Hezbollah ditukar dengan seorang
bisnismen Israel, Elhanan Tennenbaum, dan 3 jasad tentara Israel. Hari
Rabu (12/7) pasukan Hezbollah menyerang kawasan Shab’a milik Lebanon
yang masih dikuasai Israel. Dalam serangan ini, Hezbollah berhasil
menewaskan beberapa tentara Israel dan menawan dua lainnya.
Sebagaimana sebelumnya, Hezbollah kali ini juga menuntut dilakukannya
pertukaran tawanan, yaitu dengan 8000 tahanan Palestina dan 5000
tahanan Lebanon yang kini menderita penyiksaan di penjara-penjara
Israel. Namun kali ini, Israel membalasnya dengan gempuran membabi-buta.
Analis militer Iran menyatakan, cepatnya reaksi Israel itu menunjukkan
bahwa sebelumnya Israel memang sudah bersiap-siap untuk menyerang, hanya
menunggu momen yang bisa dijadikan dalih di depan opini dunia. Ketika
serangan tentara Zionis semakin membabi-buta dan dunia menuntut
diadakannya gencatan senjata, AS malah menggunakan hak vetonya untuk
menghalangi. Masih menurut analis militer Iran, sesungguhnya serangan
Israel itu termasuk dalam program AS untuk melucuti Hezbollah dan
menduduki Lebanon. Direncanakan, serangan itu hanya akan memakan waktu
empat hari.
Namun, AS, Israel, dan dunia tekejut melihat bahwa Hezbollah berhasil
mempertahankan wilayahnya meski perang telah berlangsung 20 hari (saat
tulisan ini dibuat). Kekuatan persenjataan dan terorganisirnya serangan
Hezbollah tak urung membuat Israel dan dunia terperangah. Meski hanya
bersenjatakan roket, tanpa tank, helikopter, pesawat F-16, kapal perang,
atau artileri, Hezbollah berhasil menembak jatuh pesawat F-16, kapal
perang, dan terakhir (31/7) bahkan menghancurkan kapal induk Israel.
Hujan roket Hezbollah bahkan berhasil menghancurkan berbagai kota
Israel, di antaranya Haifa, yang jaraknya 50 kilo dari perbatasan
Lebanon.
Dalam sepanjang sejarah berdirinya negara illegal Israel, belum
pernah ada serangan yang berhasil menembus kota-kota utamanya. Tak heran
hal ini membuat warga Israel sangat ketakutan. Segera mereka berdemo
meminta dihentikannya perang. Anggota parlemen Israel pun bertengkar,
sebagian menghendaki perang dihentikan, sebagian menuntut dilanjutkannya
perang. Eksodus besar-besaran warga Israel ke luar negeri terjadi,
sampai-sampai pemerintah Zionis meminta negara-negara asing agar tidak
memberi visa kepada warga Israel yang ingin kabur itu. Tak hanya warga
yang ketakutan, koran Kayhan terbitan Iran pun beberapa hari yang lalu
memasang foto-foto polisi Israel yang menangis ketakutan di tengah
gempuran Hezbollah di kota Haifa.
Sebaliknya, Hezbollah tampil dengan sangat percaya diri. Saya sempat
menyimak pidato Sayyid Hasan Nasrullah yang disiarkan live oleh televisi
Iran dan beberapa jaringan televisi internasional. Yang paling nyelekit
dari pidatonya itu, “Kami tidak butuh bantuan dari manapun. Kami bisa
mempertahankan negeri kami sendiri. Kami hanya meminta bantuan dari
Allah. Kalian wahai pemimpin bangsa Arab, pikirkanlah nasib kalian
sendiri. Pikirkanlah akhirat kalian, bila kalian memang percaya pada
akhirat. Pikirkanlah, bagaimana kalian mempertanggungjawabkan sikap
kalian yang berdiam diri di depan kezaliman ini.” Pidato ini ditujukan
kepada Liga Arab yang sebelumnya (15/7) mengadakan sidang di Kairo.
Sidang itu tidak menghasilkan apapun, selain kecaman terhadap Israel
atas serangannya ke Palestina dan Lebanon.
Setiap kali ada battle (perang) sengit dan posisi Hezbollah
kritis, organisasi militer ini mengirim surat resmi ke Iran, meminta
diadakan majelis doa Jausyan-Shaghir (jausyan=pakaian perang
shaghir=kecil). Dan, berbagai majelis doa pun digelar. Orang-orang Iran
menangis tersedu-sedu membaca doa yang berisi harapan agar Allah
melindungi kaum muslimin dari bahaya itu. Tak lama kemudian datang kabar
bahwa Hezbollah memenangkan battle itu.
Terakhir, di televisi ditampilkan pula adegan orang-orang Israel yang
kalang kabut, berlarian ke bunker. Yang tragis, justru polisi dan
tentara Israel pun tampak ikut berlarian ke dalam bunker. Diberitakan,
dalam 24 jam, polisi-polisi yang seharusnya menjaga kemanan warga itu
hanya keluar dari bunker selama 2 jam, untuk mengambil persediaan
makanan. Fakta ini benar-benar menunjukkan kepengecutan mental tentara
Israel. Selain itu, juga membuktikan kata-kata Ahmadinejad, bahwa sebuah
bangsa tidak perlu senjata nuklir untuk membela dirinya. Yang
diperlukan adalah mental kuat bangsa itu sendiri. Terbukti, tentara
Israel yang memiliki 200 hulu ledak nuklir malah lari pontang-panting
ketika dilempari roket dan kalah telak dalam pertempuran darat. Yang
berani mereka lakukan hanya menggunakan pesawat untuk menjatuhkan
bom-bom ke berbagai desa dan kota, membunuh rakyat sipil, termasuk
perempuan dan anak-anak tak berdosa.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar