Sejak awal, saya mendedikasikan blog ini untuk Kajian Timur Tengah
dari perspektif studi politik internasional (bukan studi agama). Bahkan
saat membahas Palestina pun, selama ini saya menggunakan argumen-argumen
politik, bukan agama. Tapi, sejak konflik Suriah, agama/mazhab sangat
dominan diposisikan sebagai akar masalah (pivotal factor). Kalau saya, lebih setuju melihat agama trigger/pemicu, bukan akar; akarnya adalah ekonomi. Rumusnya: follow the money,
lihat siapa yang meraup keuntungan terbesar dari konflik. Selengkapnya
aplikasi teori resolusi konflik untuk Suriah baca di sini:http://dinasulaeman.wordpress.com/2013/03/23/resolusi-konflik-syria/
Kini, seiring merebaknya teror mengerikan yang dilakukan ISIS/ISIL di
Irak, media-media mainstream dan media-media nasional (apalagi media
Islam-takfiri), kembali terjebak (atau sengaja) memetakan konflik ini
sebagai Sunni vs Syiah. Mereka menyebut ISIS/ISIL sebagai militan Sunni
yang sedang melawan Syiah. Benarkah? Mau tak mau, para penstudi HI perlu
mengetahui ‘pemetaan mazhab’ ini, supaya tidak salah kaprah saat
menganalisis.
Berikut saya posting ulang tulisan lama saya. Yang jelas, saya yakin,
setiap Sunni sejati (bukan takfiri), pasti menolak bila militan sesadis
para pembantai ini dikatakan sebagai ‘pejuang Sunni’:
Sunni = Takfiri?
Dina Y. Sulaeman*
Mau tak mau, ada beberapa istilah yang sepertinya harus kita pahami bersama saat menganalisis atau membaca analisis tentang konflik Timur Tengah. Beberapa istilah yang sering muncul dalam membahas konflik Suriah adalah takfiri dan wahabi. Era Muslim baru-baru ini dalam sebuah artikel yang mengutip pidato Sayyid Hassan Nasrallah, membuat judul yang provokatif : Hasan Nasrallah : Kami Tidak akan Biarkan Suriah Jatuh Ke ‘Takfiri’ (Muslim Sunni).
Mau tak mau, ada beberapa istilah yang sepertinya harus kita pahami bersama saat menganalisis atau membaca analisis tentang konflik Timur Tengah. Beberapa istilah yang sering muncul dalam membahas konflik Suriah adalah takfiri dan wahabi. Era Muslim baru-baru ini dalam sebuah artikel yang mengutip pidato Sayyid Hassan Nasrallah, membuat judul yang provokatif : Hasan Nasrallah : Kami Tidak akan Biarkan Suriah Jatuh Ke ‘Takfiri’ (Muslim Sunni).
Eits, sebentar, judul ini cukup mengganggu pikiran saya. Takfiri
adalah perilaku mengkafir-kafirkan sesama muslim dan melakukan kekerasan
terhadap orang yang mereka anggap kafir. Apakah benar takfiri itu
adalah muslim Sunni? Saya tanya kepada Anda semua yang mengaku Sunni,
apakah Anda menyukai perilaku demikian? Apakah Anda menyukai perilaku
main serang ke sebuah lembaga atau sebuah kampung hanya dengan alasan
lembaga itu kafir atau penduduk kampung itu kafir (muslim tapi karena
dinilai ‘sesat’, jadi dikategorikan kafir)? Atau apa Anda setuju dengan
perilaku pemberontak Suriah yang makan jantung mayat atau memutilasi
mayat sambil berteriak takbir? Saya yakin, jawaban sebagian besar dari
kita semua adalah TIDAK.
Baru-baru ini ada kejadian yang menurut saya membuktikan bahwa kaum
takfiri itu beda dengan Sunni. Kejadian ini berlangsung di kantor Grand
Shaikh Al-Azhar Kairo Mesir (Masyikhah). Wah, para syekh Al Azhar ini
kurang Sunni apa? Mereka kan benar-benar Sunni tulen, sudah tingkat
ulama ‘Grand” pula? Tapi, kantor mereka digeruduk oleh para demonstran
dari kalangan ‘Islam radikal’ (ini istilah yang dipakai. Tapi, di berita itu disebutkan pula bahwa mereka meneriakkan yel-yel
dan cacian terhadap instansi Al-Azhar, Grand Shaikh Al-Azhar Prof. DR.
Ahmad Thayeb, dan seluruh pegawai Al-Azhar. Mereka menyatakan bahwa
Al-Azhar adalah instansi kafir. So tak salah lagi, inilah kaum takfiri
itu. Bahwa para penentang ulama Al Azhar adalah kaum takfiri, bisa
dibaca juga dalam pernyataan seorang Syekh Al Azhar, Dr. Ahmad Karimah
Saya pun bertanya kepada Bapak Agus Nizami, blogger http://www.kabarislam.wordpress.com dan owner web http://www.media-islam.or.id yang aktif memberikan analisis konflik Timur Tengah dengan menggunakan landasan teks agama. Berikut kutipan diskusi kami.
Dina [D]: Apakah benar Sunni itu sama dengan takfiri?
Agus Nizami [AN]: Islam itu terbagi 3: Sunni, Syiah,
dan Khawarij. Sunni dan Syiah diakui sebagai mahzab resmi dalam Islam
melalui Deklarasi Amman. Khawarij itu akidah dan ibadahnya bagus, cuma
mereka ini takfiri (suka mengkafirkan sesama muslim). Khawarij ini
aliran keras yang menghalalkan darah sesama muslim dan terlibat dalam
pembunuhan khalifah ke-3 Utsman bin Affan.
Nah, pemikiran kaum khawarij ini digunakan oleh Muhammad bin Abdul
Wahab dan para pengikutnya sehingga disebut ‘Wahabi’.
Dr. Ali Jumah, mufti Mesir mengatakan bahwa Wahabi Salafi adalah
gerakan militan dan teror. Dr. Ahmad Tayyib, Syekh al-Azhar, mengatakan
bahwa Wahabi tidak pantas menyebut dirinya salafi karena mereka tidak
berpijak pada manhaj salaf. Dr. Yusuf Qardawi mengatakan bahwa Wahabi
adalah gerakan fanatik buta yang menganggap dirinya paling benar tanpa
salah dan menganggap yang lain selalu salah tanpa ada kebenaran
sedikitpun. Dr. Wahbah Az-Zuhayli mengatakan, Wahabi adalah orang-orang
yang suka mengkafirkan mayoritas muslim selain dirinya sendiri. Syekh
Hisyam Kabbani, ketua tariqah Naqshabandi dunia, mengatakan bahwa Wahabi
Salafi adalah gerakan neo-Khawarij . KH. Agil Siradj, ketua PBNU,
mengatakan dalam berbagai kesempatan melalui artikel yang ditulisnya,
wawancara tv, dan seminar bahwa terorisme modern berakar dari ideologi
Wahabi.
Pendapat para ulama Sunni tentang Wahabi selengkapnya bisa dibaca di tulisan saya ini.
Tapi di era modern, paham Wahabi ini berintegrasi ke dalam organisasi-organisasi transnasional, seperti Hizbut Tahrir dan Ikhwanul Muslimin. Orang-orang Wahabi modern ini meski pada dasarnya takfiri, tapi mereka tidak bersikap frontal dan lebih mengedepankan pemikiran (bukan fisik). Dan karena mereka bermain di pemikiran, penampilan mereka memang lebih modern, moderat, dan intelektual sehingga diterima oleh banyak kalangan intelektual (mahasiswa, akademisi, kaum profesional). Jadi, banyak dari mereka yang menolak disebut takfiri atau wahabi. Bahkan sebagian pengikut Wahabi kini menyebut diri dengan istilah baru, yaitu Salafi.
Tapi di era modern, paham Wahabi ini berintegrasi ke dalam organisasi-organisasi transnasional, seperti Hizbut Tahrir dan Ikhwanul Muslimin. Orang-orang Wahabi modern ini meski pada dasarnya takfiri, tapi mereka tidak bersikap frontal dan lebih mengedepankan pemikiran (bukan fisik). Dan karena mereka bermain di pemikiran, penampilan mereka memang lebih modern, moderat, dan intelektual sehingga diterima oleh banyak kalangan intelektual (mahasiswa, akademisi, kaum profesional). Jadi, banyak dari mereka yang menolak disebut takfiri atau wahabi. Bahkan sebagian pengikut Wahabi kini menyebut diri dengan istilah baru, yaitu Salafi.
Tapi dalam konflik Suriah, akar pemikiran takfiri dari HT dan IM
menjadi terungkap. Misalnya, dengan menuduh pemerintah Qaddafi atau
Assad sebagai kafir kemudian menghalalkan bughot (pemberontakan terhadap
pemerintah yang sah). Perilaku-perilaku takfiri atau khawarij atau
wahabi yang selama ini tertutupi oleh modernitas dan keintelektualan
pun terungkap dan membuat kaget banyak orang, misalnya pembantaian
muslim yang dalam kondisi tanpa senjata dan kemudian memutilasinya atau
milisi pemberontak yang makan jantung mayat.
[D]: Saya yakin, umat Islam Indonesia kalangan inteletual,
yang tergabung dalam HT dan IM sebagian besarnya tidak setuju dengan
perilaku seperti itu, ya kan?
[AN]: Bisa jadi. Tapi makanya kita musti menelusuri
akar sebuah pemikiran, jangan hanya percaya pada hal-hal di permukaan.
Pemikiran takfiri berakar pada sikap orang-orang Khawarij, dan sudah
banyak ayat-ayat Al Qur’an dan Hadits yang membahas hal itu. “Akan
keluar di akhir zaman suatu kaum yang usia mereka masih muda, dan bodoh,
mereka mengatakan sebaik baiknya perkataan manusia, membaca Al Qur’an
tidak sampai kecuali pada kerongkongan mereka. Mereka keluar dari din
(agama Islam) sebagaimana anak panah keluar dan busurnya.” (HR. Bukhari
dan Muslim) “Mereka baik dalam berkata tapi jelek dalam berbuat,
mengajak untuk mengamalkan kitab Allah padahal mereka tidak
menjalankannya sedikitpun.” (HR. Al-Hakim)
Padahal ada banyak ayat Al Qur’an yang melarang kita bersu’uzhon
(buruk sangka), mengolok-olok sesama, mengkafirkan sesama muslim, dan
membunuh sesama muslim. Sayangnya justru dari mulut para takfiri alias
wahabi ini justru sering terlontar berbagai caci-maki terhadap sesama
muslim seperti ahlul bid’ah, sesat, kafir, dan sebagainya. Saya sudah
menulis lebih lengkap soal perilaku takfiri ini di sini
[D]: Bapak tadi menyebut Deklarasi Amman. Bisa dijelaskan?
[AN]: Deklarasi Amman ditandatangani tahun 2006 oleh
200 Ulama (Sunni dan Syiah) dari 50 negara, isinya menyatakan Syiah
tidak sesat dan dilarang mengkafirkan. Di antaranya yang
menandatanganinya, adalah ulama NU, KH Hasyim Muzadi, ulama
Muhammadiyah, Din Syamsuddin, dan ulama Suriah yang syahid dibom
teroris, Syekh Al Buthi, serta Yusuf Qardhawi. Sekarang, yang
menandatangani deklarasi ini sudah lebih dari 500 ulama dari 84 negara.
Infonya bisa dibaca di sini.
[D]: Yusuf Qardhawi juga menandatangani Deklarasi Amman, dan
bahkan juga memberikan definisi Wahabi, tapi mengapa dia mengeluarkan
fatwa mati untuk Qaddafi dan seluruh pendukung Assad?
[AN]: Bisa saja dia berubah pikiran. Saat dia
mengeluarkan fatwa mati untuk Qaddafi dan seluruh pendukung Assad
termasuk ulama, padahal mereka ini muslim, artinya dia sudah masuk ke
golongan takfiri.
[D]: Saya lihat, kaum takfiri di facebook juga suka mengkafir-kafirkan Syiah, alasannya karena Syiah konon suka mencaci sahabat.
[AN]: Pertama, apakah parameter kekafiran itu
mencaci-maki? Sesungguhnya ada 6 Rukun Iman (Allah, Malaikat, Kitab
Suci, Nabi, Hari Akhir, dan Qadla serta Qadar) dan 5 Rukun Islam
(Mengucapkan 2 kalimat Syahadah, Shalat 5 waktu, Puasa di bulan
Ramadhan, Zakat, dan Haji jika mampu). Jika mengingkari salah satunya,
misalnya tidak mau shalat, baru kita bisa mengatakan orang itu kafir,
atau bila mengaku ada nabi setelah Nabi Muhammad. Selengkapnya bisa
dibaca di sini.
Kedua, harusnya sih tabayyun langsung ke kaum Syiah. Apa dari 200
juta kaum Syiah, semua mereka menghina sahabat apa cuma segelintir orang
saja? Jadi tak bisa gebyah-uyah. Di setiap kelompok pasti ada saja yang
melenceng. Di Sunni pun toh ada juga yang punya pemahaman melenceng.
Setahu saya, pemimpin Syiah Ali Khamenei dan Ahmadinejad mengharamkan
orang-orang Syiah menghina sahabat/istri Nabi. Bisa baca di sini.
Kesalahan kaum takfiri atau wahabi adalah mereka tidak mau tabayyun
ke kaum Syiah yang mereka fitnah karena memang niatnya memang cuma bikin
fitnah. Padahal Allah berfirman, “Hai orang-orang yang beriman, jika
datang kepadamu orang fasik membawa suatu berita, maka periksalah dengan
teliti agar kamu tidak menimpakan suatu musibah kepada suatu kaum tanpa
mengetahui keadaannya yang menyebabkan kamu menyesal atas perbuatanmu
itu. ” [Al Hujuraat 6]
Mengkafirkan Muslim itu dosa dan berbalik ke dirinya jika tak benar.
“Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu pergi (berperang) di jalan
Allah, maka telitilah dan janganlah kamu mengatakan kepada orang yang
mengucapkan “salam” kepadamu (atau mengucapkan Tahlil): “Kamu bukan
seorang mukmin” (lalu kamu membunuhnya), dengan maksud mencari harta
benda kehidupan di dunia, karena di sisi Allah ada harta yang banyak. Begitu jugalah keadaan kamu dahulu [dulu juga kafir], lalu Allah menganugerahkan nikmat-Nya atas kamu, maka telitilah. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan. ” [An Nisaa' 94]
benda kehidupan di dunia, karena di sisi Allah ada harta yang banyak. Begitu jugalah keadaan kamu dahulu [dulu juga kafir], lalu Allah menganugerahkan nikmat-Nya atas kamu, maka telitilah. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan. ” [An Nisaa' 94]
[D]: Bughot itu sebenarnya gimana sih?
[AN]: Bughot itu artinya memberontak terhadap
pemerintah yang sah dengan senjata. Firman Allah kepada Musa, “Pergilah
kamu berdua kepada Fir’aun, sesungguhnya dia telah melampaui batas; maka
berbicaralah kamu berdua kepadanya dengan kata-kata yang lemah lembut,
mudah-mudahan ia ingat atau takut.” [Thaahaa 43-44]. Kepada Firaun saja
Allah menyuruh Musa berlemah lembut.
Membunuh sesama Muslim tempatnya neraka, menurut hadis “Jika terjadi
saling membunuh antara dua orang muslim maka yang membunuh dan yang
terbunuh keduanya masuk neraka. Para sahabat bertanya, “Itu untuk si
pembunuh, lalu bagaimana tentang yang terbunuh?” Nabi Saw menjawab,
“Yang terbunuh juga berusaha membunuh kawannya.” (HR. Bukhari).
Penjelasan selengkapnya soal hukum bughot sudah saya tulis di sini.
[D]: Bagaimana pendapat bapak soal keinginan mendirikan khilafah di Libya dan Suriah?
[AN]: Sebenarnya, tindakan untuk mengajak umat kembali
ke ajaran Islam yang benar adalah baik dan harus dilakukan. Yang
penting jangan sampai melakukan kekerasan fisik, merusak harta benda
orang lain, apalagi sampai buhgot. Tapi yang terjadi di Suriah kan
sebaliknya. Puluhan ribu rakyat sipil terbunuh. Ada pemberontak yang
bangga memenggal kepala korban dan menaruhnya di pembakaran sate, ada
yang memakan jantungnya, ada juga yang dengan bangga menenteng kepala
korbannya. Jika kebencian dan kedengkian diajarkan/diindoktrinasi,
hasilnya ya seperti ini. Bisa lebih kejam/sadis daripada kelompok yang
difitnah. Padahal bisa jadi korban yang mereka bunuh itu masih sholat.
Inilah kaum yang disebut Allah dalam Quran: “Dan bila dikatakan
kepada mereka:”Janganlah kamu membuat kerusakan di muka bumi”. Mereka
menjawab: “Sesungguhnya kami orang-orang yang mengadakan perbaikan.”
Ingatlah, sesungguhnya mereka itulah orang-orang yang membuat kerusakan,
tetapi mereka tidak sadar. [Al Baqarah 11-12]
[D]: Kaum takfiri juga menghancurkan makam sahabat Nabi di
Suriah, saya pernah nulis laporan soal ini, lalu ada yang email ke saya,
memrotes, katanya, dalam Islam memang tak boleh meninggikan kuburan dan
harus dihancurkan.
[AN]: Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam pernah
berwasiat kepada Ali bin Abi Thalib radhiallahu ‘anhu, “Janganlah kamu
biarkan satu patung pun melainkan harus kamu hancurkan, jangan pula
kubur yang ditinggikan melainkan harus kamu ratakan.” Hadits ini shahih,
diriwayatkan Muslim (3/61). Tapi ini menyangkut kuburan orang-orang
nonmuslim yang ada berhalanya. Bukan kuburan Muslim. Justru Nabi
mengajarkan kita agar menziarahi kuburan Muslim; bukan membongkarnya.
Dari Aisyah radhiallahu ‘anha, katanya: “Rasulullah s.a.w. itu setiap
malam gilirannya di tempat Aisyah, beliau s.a.w. lalu keluar pada akhir
malam ke makam Baqi’, kemudian mengucapkan -yang artinya-: “Keselamatan
atasmu semua hai perkampungan kaum mu’minin, akan datang padamu semua
apa-apa yang engkau semua dijanjikan besok yakni masih ditangguhkan
waktunya. Sesungguhnya kita semua ini Insya Allah menyusul engkau semua
pula. Ya Allah, ampunilah para penghuni makam Baqi’ Algharqad ini.”
(Riwayat Muslim)
[D]: Kembali lagi ke pemberitaan Eramuslim yang menyebut Muslim Sunni sebagai Takfiri. Berarti itu salah ya?
[AN]: jelas salah. Takfiri itu adalah Wahabi, ajarannya sudah melenceng dari ajaran Islam Sunni.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar