Senin, 28 Juli 2014

Mengapa Harus Suriah yang Diadu domba? [Catatan Joserizal, Jurnalis Mer-C]

Suriah adalah negara dengan jumlah penduduk 22.517.750 orang (estimasi 2010). Komposisi penduduk berdasarkan agama: Muslim Sunni 74%, Muslim Alawi-Syiah-Druze 16%, Kristen dan lainnya 10%.
Presiden Suriah sekarang adalah Bashar Al-Assad menggantikan bapaknya, Hafesz Al-Assad, seorang Marsekal. Hafesz Assad adalah pemimpin Suriah yang keras dan diktator. Bersama saudaranya, Rifyad Assad, mereka membawa Suriah melalui masa-masa sulit terutama dalam perang enam hari tahun 1967.
Hafesz berhasil menangkap Ellie Cohen, seorang mata-mata Israel, yang menyusup ke pemerintah Suriah sampai menjadi teman dekat Hafesz. Hafesz menggantung Ellie Cohen walaupun dia diprotes banyak negara. Hafesz memberangus Ikhwanul Muslimin, banyak korban berjatuhan.
Tapi di sisi lain, dia juga mau menerima Hamas berkantor di Damaskus ketika negara-negara Arab tidak mau menerima mereka membuka perwakilan. Hafesz banyak menampung pengungsi Palestina, salah satu kamp yang pernah penulis bersama relawan MER-C kunjungi adalah kamp Yarmuk.

Bashar jauh lebih lembut dari bapaknya karena dia orang sipil (dokter mata?). Kesalahan Bashar adalah track record keluarganya yang keras dan diktator, tidak transparan soal keuangan negara dan belum mengembangkan proses demokrasi di negaranya.
Tapi kelebihannya, dia komitmen terhadap perjuangan rakyat Palestina dengan menyediakan tempat buat Hamas di Suriah dan mendukung penuh Hizbullah. Hamas (Sunni) dan Hizbullah (Syiah) didukung penuh oleh Bashar karena mereka adalah kelompok perlawanan (muqowwamah) terhadap Israel.
Penulis bersama relawan MER-C pada saat berkunjung ke Lebanon saat-saat akhir perang 34 hari tahun 2006, menyaksikan bahwa kantor Hamas berada di kompleks Hizbullah yang hancur dihajar Israel saat perang 34 hari. Ini sengaja penulis kemukakan untuk membantah bahwa Hizbullah pura-pura kerjasama dengan Hamas. Hizbullah berhasil mengalahkan Israel dalam perang darat tersebut.
Israel sangat serius memandang ancaman kedua kelompok perlawanan ini, karena secara kekuatan mereka bukan negara tapi dapat mengimbangi, bahkan mengalahkan Israel ketika Israel mulai melakukan serangan darat.
Tentu, Israel harus memikirkan bagaimana caranya melumpuhkan kedua kelompok perlawan bersenjata ini. Untuk Hamas, Israel melakukan kebijakan blokade Gaza karena Hamas memerintah di sini dan terus melakukannya sampai saat ini.
Untuk melumpuhkan Hizbullah, secara logika yang mudah saja, putus jalur pendukungnya. Jalur pendukung tersebut adalah Suriah. Oleh sebab itu, Suriah harus dikuasai secara politik. Ganti penguasanya!
Saat ini, di dunia Arab sedang ada tren mengganti penguasa yang sudah lama berkuasa dalam suatu gerakan Arab Spring dengan dalih untuk menegakkan demokrasi. Ini adalah road map-nya kebijakan luar negeri Amerika. Kita tahu kebijakan luar negeri AS ditentukan oleh badan-badan lobi Israel (AIPAC, ADL, CFR, Rand Coorporation, Bilderberg, dan lain-lain).
Dari penguasa yang sudah tumbang dan yang sedang diusahakan tumbang, Qaddafi dan Bashar mempunyai kontribusi besar untuk Palestina. Penulis menyaksikan sendiri bantuan Qaddafi bertruk-truk antre di Rafah Mesir saat Gaza diserang Israel tahun 2009.
Rencana penurunan Bashar ini semata-mata bukan persoalan Bashar demokratis atau tidak dan tiran atau tidak, karena ada penguasa Arab seperti ini tidak disuruh turun oleh AS, malah diajak kerjasama oleh AS untuk menurunkan Qaddafi dan Bashar. Israel menginginkan Bashar turun! Seperti biasa, Israel memperalat AS melalui kebijakan luar negerinya.
Bersamaan dengan semangat Arab Spring, Israel dan AS menunggangi isu ini untuk menurunkan Bashar. Supaya lebih efektif, isu ini ditambah tonasenya dengan isu sektarian, konflik Sunni-Syiah sama seperti Qaddafi yang disebut inkar sunnah.
Israel, AS, Arab Saudi, Qatar, Turki dan Eropa berada dalam satu blok melawan Rusia, Cina dan Iran dalam konflik Suriah ini. Rusia sangat berkepentingan melawan dominasi AS di Timur Tengah karena tinggal Suriah tempat berpijak Rusia setelah Libya jatuh ke tangan Barat. Selain itu, AS juga mengacak-ngacak Rusia dengan cara meletakkan perimeter anti-rudalnya di bekas negara Uni Soviet seperti Georgia.

Cina tidak mau ketinggalan dalam melawan AS. Setelah berhasil menahan hegemoni AS di bidang ekonomi, Cina diancam oleh AS melalui pergerakan angkatan laut AS di Pasifik. Cina saat ini berhasil menciptakan kapal perang anti-radar yang membuat AS khawatir.
Iran adalah negara yang tidak disenangi oleh Saudi Arabia, Qatar dan negara Arab lainnya karena berhasil melakukan Revolusi 79 menumbangkan Raja Reza Pahlevi yang juga sahabat penguasa Saudi Arabia.
Para raja-raja khawatir revolusi tersebut diekspor ke negara-negara mereka. Salah satu cara untuk mempertahankan kekuasaan mereka, isu yang paling ampuh ditiupkan adalah Iran adalah negara Syiah bukan negara Islam karena Syiah sesat.
Iran mempunyai kepentingan yang besar di Suriah karena Bashar bisa menjamin jalur logistik Hizbullah. Israel dan Barat menggunakan segala cara untuk menurunkan Bashar, termasuk mempersenjatai oposisi dengan senjata berat. Di sinilah peranan Saudi Arabia, Qatar dan sedikit Turki.
Israel dan Barat juga menggunakan media dan PBB untuk membantu mereka. Hal ini mulai terlihat ketika terjadinya pembantai 25 Mei di Houla, Suriah. Korban adalah penduduk sipil termasuk anak-anak dan wanita.
BBC langsung menampilkan foto tumpukan korban pembantaian yang sudah dibungkus kain kafan. Ternyata kemudian terkuak foto tersebut adalah foto korban pembantaian di Irak tahun 2003. Untung pengambil fotonya, Marco Di Lauro, mengenali foto tersebut dan memprotes BBC. Pertanyaannya apakah ini keteledoran atau bagian dari kampanye anti-Bashar?
UN Commisioner for Human Right membuat tuduhan bahwa yang melakukan pembantaian tersebut adalah milisi yang loyal dengan Bashar, yaitu Shabiyya. Padahal, mereka hanya dapat info dari orang lokal via telepon.
Menurut UN Security Council, korban di Houla adalah akibat tembakan artileri dan tank pada hari Ahad, 27 Mei 2012. Tapi pada hari Selasa 29 Mei, diralat oleh UN High Commission for Human Right bahwa korban ditembak dari jarak dekat dan digorok lehernya. Tapi tuduhan tetap ke milisi pro Bashar.
Kemudian terkuak bahwa yang terbunuh itu adalah pendukung Bashar. Bagaimana mungkin sesama pendukung Bashar saling bunuh. Tampak dengan jelas bagaimana media dan PBB berusaha memperkeruh situasi supaya AS dan NATO dapat melakukan intervensi dengan payung PBB atas nama kemanusiaan.
Konflik belum selesai, kita lihat bagaimana permainan Israel ini berjalan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar