Suriah adalah negara dengan jumlah penduduk 22.517.750 orang
(estimasi 2010). Komposisi penduduk berdasarkan agama: Muslim Sunni 74%,
Muslim Alawi-Syiah-Druze 16%, Kristen dan lainnya 10%.
Presiden Suriah sekarang adalah Bashar Al-Assad menggantikan
bapaknya, Hafesz Al-Assad, seorang Marsekal. Hafesz Assad adalah
pemimpin Suriah yang keras dan diktator. Bersama saudaranya, Rifyad
Assad, mereka membawa Suriah melalui masa-masa sulit terutama dalam
perang enam hari tahun 1967.
Hafesz berhasil menangkap Ellie Cohen, seorang mata-mata Israel, yang
menyusup ke pemerintah Suriah sampai menjadi teman dekat Hafesz. Hafesz
menggantung Ellie Cohen walaupun dia diprotes banyak negara. Hafesz
memberangus Ikhwanul Muslimin, banyak korban berjatuhan.
Tapi di sisi lain, dia juga mau menerima Hamas berkantor di Damaskus
ketika negara-negara Arab tidak mau menerima mereka membuka perwakilan.
Hafesz banyak menampung pengungsi Palestina, salah satu kamp yang pernah
penulis bersama relawan MER-C kunjungi adalah kamp Yarmuk.
Bashar jauh lebih lembut dari bapaknya karena dia orang sipil (dokter
mata?). Kesalahan Bashar adalah track record keluarganya yang keras dan
diktator, tidak transparan soal keuangan negara dan belum mengembangkan
proses demokrasi di negaranya.
Tapi kelebihannya, dia komitmen terhadap perjuangan rakyat Palestina
dengan menyediakan tempat buat Hamas di Suriah dan mendukung penuh
Hizbullah. Hamas (Sunni) dan Hizbullah (Syiah) didukung penuh oleh
Bashar karena mereka adalah kelompok perlawanan (muqowwamah) terhadap
Israel.
Penulis bersama relawan MER-C pada saat berkunjung ke Lebanon
saat-saat akhir perang 34 hari tahun 2006, menyaksikan bahwa kantor
Hamas berada di kompleks Hizbullah yang hancur dihajar Israel saat
perang 34 hari. Ini sengaja penulis kemukakan untuk membantah bahwa
Hizbullah pura-pura kerjasama dengan Hamas. Hizbullah berhasil
mengalahkan Israel dalam perang darat tersebut.
Israel sangat serius memandang ancaman kedua kelompok perlawanan ini,
karena secara kekuatan mereka bukan negara tapi dapat mengimbangi,
bahkan mengalahkan Israel ketika Israel mulai melakukan serangan darat.
Tentu, Israel harus memikirkan bagaimana caranya melumpuhkan kedua
kelompok perlawan bersenjata ini. Untuk Hamas, Israel melakukan
kebijakan blokade Gaza karena Hamas memerintah di sini dan terus
melakukannya sampai saat ini.
Untuk melumpuhkan Hizbullah, secara logika yang mudah saja, putus
jalur pendukungnya. Jalur pendukung tersebut adalah Suriah. Oleh sebab
itu, Suriah harus dikuasai secara politik. Ganti penguasanya!
Saat ini, di dunia Arab sedang ada tren mengganti penguasa yang sudah
lama berkuasa dalam suatu gerakan Arab Spring dengan dalih untuk
menegakkan demokrasi. Ini adalah road map-nya kebijakan luar
negeri Amerika. Kita tahu kebijakan luar negeri AS ditentukan oleh
badan-badan lobi Israel (AIPAC, ADL, CFR, Rand Coorporation, Bilderberg,
dan lain-lain).
Dari penguasa yang sudah tumbang dan yang sedang diusahakan tumbang,
Qaddafi dan Bashar mempunyai kontribusi besar untuk Palestina. Penulis
menyaksikan sendiri bantuan Qaddafi bertruk-truk antre di Rafah Mesir
saat Gaza diserang Israel tahun 2009.
Rencana penurunan Bashar ini semata-mata bukan persoalan Bashar
demokratis atau tidak dan tiran atau tidak, karena ada penguasa Arab
seperti ini tidak disuruh turun oleh AS, malah diajak kerjasama oleh AS
untuk menurunkan Qaddafi dan Bashar. Israel menginginkan Bashar turun!
Seperti biasa, Israel memperalat AS melalui kebijakan luar negerinya.
Bersamaan dengan semangat Arab Spring, Israel dan AS menunggangi isu
ini untuk menurunkan Bashar. Supaya lebih efektif, isu ini ditambah
tonasenya dengan isu sektarian, konflik Sunni-Syiah sama seperti Qaddafi
yang disebut inkar sunnah.
Israel, AS, Arab Saudi, Qatar, Turki dan Eropa berada dalam satu blok
melawan Rusia, Cina dan Iran dalam konflik Suriah ini. Rusia sangat
berkepentingan melawan dominasi AS di Timur Tengah karena tinggal Suriah
tempat berpijak Rusia setelah Libya jatuh ke tangan Barat. Selain itu,
AS juga mengacak-ngacak Rusia dengan cara meletakkan perimeter
anti-rudalnya di bekas negara Uni Soviet seperti Georgia.
Cina tidak mau ketinggalan dalam melawan AS. Setelah berhasil
menahan hegemoni AS di bidang ekonomi, Cina diancam oleh AS melalui
pergerakan angkatan laut AS di Pasifik. Cina saat ini berhasil
menciptakan kapal perang anti-radar yang membuat AS khawatir.
Iran adalah negara yang tidak disenangi oleh Saudi Arabia, Qatar dan
negara Arab lainnya karena berhasil melakukan Revolusi 79 menumbangkan
Raja Reza Pahlevi yang juga sahabat penguasa Saudi Arabia.
Para raja-raja khawatir revolusi tersebut diekspor ke negara-negara
mereka. Salah satu cara untuk mempertahankan kekuasaan mereka, isu yang
paling ampuh ditiupkan adalah Iran adalah negara Syiah bukan negara
Islam karena Syiah sesat.
Iran mempunyai kepentingan yang besar di Suriah karena Bashar bisa
menjamin jalur logistik Hizbullah. Israel dan Barat menggunakan segala
cara untuk menurunkan Bashar, termasuk mempersenjatai oposisi dengan
senjata berat. Di sinilah peranan Saudi Arabia, Qatar dan sedikit Turki.
Israel dan Barat juga menggunakan media dan PBB untuk membantu
mereka. Hal ini mulai terlihat ketika terjadinya pembantai 25 Mei di
Houla, Suriah. Korban adalah penduduk sipil termasuk anak-anak dan
wanita.
BBC langsung menampilkan foto tumpukan korban pembantaian yang sudah
dibungkus kain kafan. Ternyata kemudian terkuak foto tersebut adalah
foto korban pembantaian di Irak tahun 2003. Untung pengambil fotonya,
Marco Di Lauro, mengenali foto tersebut dan memprotes BBC. Pertanyaannya
apakah ini keteledoran atau bagian dari kampanye anti-Bashar?
UN Commisioner for Human Right membuat tuduhan bahwa yang melakukan
pembantaian tersebut adalah milisi yang loyal dengan Bashar, yaitu
Shabiyya. Padahal, mereka hanya dapat info dari orang lokal via telepon.
Menurut UN Security Council, korban di Houla adalah akibat tembakan
artileri dan tank pada hari Ahad, 27 Mei 2012. Tapi pada hari Selasa 29
Mei, diralat oleh UN High Commission for Human Right bahwa korban
ditembak dari jarak dekat dan digorok lehernya. Tapi tuduhan tetap ke
milisi pro Bashar.
Kemudian terkuak bahwa yang terbunuh itu adalah pendukung Bashar.
Bagaimana mungkin sesama pendukung Bashar saling bunuh. Tampak dengan
jelas bagaimana media dan PBB berusaha memperkeruh situasi supaya AS dan
NATO dapat melakukan intervensi dengan payung PBB atas nama
kemanusiaan.
Konflik belum selesai, kita lihat bagaimana permainan Israel ini berjalan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar